Legenda di Balik Tempat Wisata Bukit batu
Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah
Tempat Wisata Bukit Batu di
Kabupaten Katingan, adalah tempat yang sangat tidak asing bagi
masyarakat khusus masyarakat Kalimantan Tengah, bukit ini sangat dikenal karena
merupakan tempat bertapanya (Balapah) Tjilik Riwut.
Tjilik
Riwut adalah salah satu pahlawan nasional dan pendiri propinsi ini. Kawasan
wisata yang unik ini, tidak hanya bisa menjadi tempat untuk menghabiskan
liburan, sedangkan bagi para pengendara yang melintasi tempat ini dapat juga
me-refresh dan membuang rasa penat.
Bukit
Batu merupakan kawasan tempat wisata dikabuoaten Katingan berupa bukit kecil
yang banyak dijumpai batu-batu besar dengan beragam bentuk sehingga membuat
suatu pemandangan yang unik bisa anda nikmati saat berkunjung ke tempat
tersebut.
Selain batu tempat pertapaan Tjilik Riwut, masih
ada beberapa batu lain yang juga di percayai oleh masyarakat sekitar memiliki
unsur magis yang sering menjadi tempat berdoa (meminta hajat) bagi masyarkat
sekitar sesuai dengan keinginan.Legenda Bukit Batu Katingan Kalimantan Tengah
Selain
anda menikmati tempat wisata bukit
batu ini tidak ada salahnya jika mengetahui juga sejarah/asal usul maupun
legenda yang ada di bukit ini. Legenda tentang Bukit Batu yang berkembang di
masyarakat kalimantan tengah.
Diawali
dengan kisah seorang penduduk desa Tumbang Liting yang “sakti” bernama Burut
Ules yang pergi menuju ke suatu tempat untuk membuka lahan (ladang) Seorang
diri, dengan kemauan dan bekerja keras, membabat hutan, membangun pondok untuk
tempat beristirahat.
Suatu
ketika di siang yang panas dengan teriknya sinar matahari namun disertai
turunnya rintik-rintik hujan gerimis, Burut Ules sedang beristirahat melepas
lelah, tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan tujuh bidadari cantik yang turun
dari langit langsung menuju telaga yang berada tak jauh dari tempatnya
beristirahat waktu itu.
Dengan
rasa penasaran Burut Ules mendekati telaga, mengendap-endap untuk mencari tahu
apa yang terjadi di telaga tersebut.
Rupanya
para bidadari itu sedang mandi sambil bercanda tawa dengan ceria. Burut Ules
terpana, matanya langsung tertuju pada salah seorang yang nampak paling muda di
antara para bidadari itu, gerak geriknya membuat Burut Ules terpesona dan saat
itu juga Burut Ules langsung jatuh cinta.
Setelah
puas mandi dan berenang, mereka kembali berpakaian dan melompat ke angkasa
menuju langit. Sejak saat itu Burut Ules menjadi resah dan gelisah, ia sangat
menyesal mengapa pada saat itu tidak langsung memeluk si pencuri hatinya yang
sedang mengenakan pakaiannya seusai mandi, padahal jarak antara mereka tidak
jauh.
Suatu
hari, ketika matahari sedang bersinar terik dan hujan turun rintik-rintik,
menyadari cuaca agak ganjil tersebut merupakan pertanda turunnya para bidadari
untuk mandi, maka bergegaslah Burut Ules ke semak-semak menunggu dan mengamati
telaga tempat idaman hatinya mandi.
Usaha
dan penantiannya tidak sia-sia, tidak lama kemudian di langit terlihat
rombongan bidadari yang terbang menukik menuju telaga. Ketujuh bidadari itu
kemudian dengan ceria terjun ke telaga, mandi sambil berenang, penuh tawa ria.
Namun
ketika mereka naik untuk berpakaian, saat itulah Burut Ules mendadak muncul di
antara mereka dan serta-merta memeluk bidadari yang paling muda, pujaan hatinya
tersebut.
Kepanikan
pun terjadi, para bidadari yang lain dengan tergesa-gesa memakai pakaiannya
masing-masing kemudian langsung terbang menuju langit dengan meninggalkan si
adik bungsu yang ketakutan dalam pelukan erat Burut Ules.
Burut
Ules akhirnya menikah dengan bidadari pujaan hatinya. Singkat cerita, isteri
Burut Ules hamil dan lahirlah seorang anak laki-laki (yang namanya tidak bisa
disebutkan pada tulisan ini karena memerlukan izin khusus dan ritual tertentu).
Burut Ules hidup bahagia bersama anak dan isterinya.
Beberapa
waktu kemudian, datanglah seorang pemuda mengunjungi kediaman Burut Ules.
Isteri Burut Ules mengenalkan kepada suaminya bahwa pemuda tersebut adalah
salah seorang saudaranya yang datang untuk mengunjungi mereka. Burut Ules
menerima kehadiran pemuda tersebut dengan baik, bahkan pemuda itu diizinkan
turut menginap di rumahnya.
Namun,
lama kelamaan Burut Ules merasa curiga karena setiap mandi di telaga, mereka
selalu pergi berdua. Anak mereka yang masih bayi ditinggal begitu saja di
gubuk. Rasa cemburu mulai muncul, namun apabila Burut Ules menanyakan hal
tersebut, isterinya selalu memberikan jawaban yang sama, bahwa pemuda tersebut
memang benar saudaranya.
Akhirnya
Burut Ules sudah tidak tahan lagi melihat kelakuan istrinya yang sering mandi
bersama lelaki yang diakuinya sebagai saudara, dan Burut Ules pun membunuh
laki-laki tersebut. Burut Ules menikam pemuda hitam tinggi besar tersebut
dengan tombak hingga tewas namun seketika jasadnya lenyap secara gaib.
Ketika
Burut Ules pulang ke rumah, dijumpainya isterinya berdiri di hejan (tangga
rumah) sambil menggendong anak lelaki mereka satu-satunya. Ketika melihat Burut
Ules datang, dengan nada penuh duka isterinya mengatakan bahwa ia sangat sedih
dan kecewa karena suaminya tidak lagi mempercayainya bahkan tega membunuh
saudaranya. Oleh karena itu ia bertekad untuk pulang ketempat asalnya dengan membawa
serta putra mereka.
Sebelum
pergi, masih sempat isterinya berpesan bahwa kelak di kemudian hari apabila
keturunan Burut Ules membutuhkan bantuannya, maka anak semata wayang mereka
akan selalu siap membantu. Dikatakan pula bahwa kelak apabila anak mereka telah
dewasa, ia tidak dapat hidup dan berdiam di alam dimana ibunya berada karena
ayah dan ibunya berasal dari alam yang berbeda.
Oleh
karena itu apabila anak mereka telah dewasa, ia akan kembali ke alam ayahnya.
Setelah berkata demikian anak dan ibu lenyap dari pandangan mata Burut Ules
meninggalkan penyesalan dan kesedihan yang mendalam di hati Burut Ules.
Sesal
kemudian tak berguna. Burut Ules mencoba bangkit dari kesedihannya. Menyibukan
diri melupakan kesedihannya dengan bekerja mengurus ladang, menangkap ikan, dan
aktifitas lain. Waktu berlalu, sedikit demi sedikit Burut Ules mampu bangkit
kembali dari kesedihan akibat ditinggal pergi oleh isteri dan anaknya.
Kemudian
kawinlah ia dengan anak Kutat. Dari perkawinan ini lahirlah dua orang anak, seorang
laki-laki dan seorang perempuan. Suatu hari di Teluk Derep, Tumbang Kasongan,
terdengar suara gemuruh halilintar memekakkan telinga. Petir kilat sambar
menyambar.
Saat
itu sebuah batu besar diturunkan dari langit, diyakini bahwa anak Burut Ules
yang telah gaib bersama isteri pertamanya, saat itu telah dewasa. Sesuai janji,
apabila telah dewasa ia akan kembali ke alam tempat bapaknya bertempat tinggal,
maka janji itu telah ditepati. Batu yang diturunkan dari langit yang kemudian
terkenal dengan nama Bukit Batu diyakini sebagai tempat kediamannya.
walau
tak terlihat dengan mata jasmani, namun ia ada di sana sebagai Raja dan
penguasa daerah tersebut. Oleh masyarakat setempat, hingga kini Burut Ules
diyakini tidak meninggal melainkan berpindah ke alam gaib.
Fasilitas di Wisata Gunung Batu
Itu
tadi sekelumit cerita legenda yang ada di bukit batu, namu Secara umum, tempat
wisata tersebut cukup nyaman. Tersedia Fasilitas seperti Toilet umum kondisinya
masih cukup baik. Di beberapa sudut tempat-tempat sampah sudah di tempatkan
sehingga tidak perlu repot jika ingin membuang sampah.
Ketersediaan
tempat parkir yang luas dan cukup teratur juga menjadi nilai plus bagi tempat
wisata ini. Untuk memasuki Kawasan Wisata Bukit Batu, setiap pengjung akan
dikenakan biaya retribusi sebesar Rp. 2000,- rupiah per orang (dewasa)
sedangkan untuk parkir sepeda motor dikenakan biaya Rp 1000,- per buah.
Untuk
anda yang haus, di sekitar pintu masuk taman wisata juga telah terdapat
beberapa mini kios penjual beraneka jajanan dan minuman dingin, dan buah kelapa
muda yang menyegarkan.
Lokasi Wisata Bukit Batu
Untuk
menuju tempat ini dari ibu kota Kalimantan Tengah berjarak sekitar 65 km atau
kurang lebih satu jam perjalanan dengan roda dua maupun roda empat, akses jalan
untuk menuju bukit batu sudah sangat bagus dan mulus sehingga memudahkan setiap
pengunjung.
Setelah
perjalanan panjang maka akan ditemuilah sebuah gerbang yang bertulisan Kota
Kasongan, dan disini lah objek wisata bukit batu ini terletak di sebelah kanan
kalau dari arah Palangkaraya.
Halamannya
yang luas membuat tempat ini selalu ramai dijadikan tempat istirahat dari
berbagai kota seperti Kasongan dan Sampit menuju Kota Palangkaraya. Memasuki
pintu gerbang halaman yang berumput dan ada juga beberapa pedagang yang
berjualan makanan dan minuman sehingga walau kehausan setelah di perjalanan ada
banyak pilihan untuk menghilangkan dahaga itu.
Demikian ulasan sekitar Legenda di Balik Tempat Wisata
Bukit batu Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah. Semoga tempat
wisata kalimantan khususnya Kalimantan tengah bisa terjaga dengan baik sehingga
bisa menarik lebih banyak minat pengunjung untuk datang ke Provinsi dengan ibu
kota Palangkaraya ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar